AKU LULUS UJIAN MENGEMUDI MOBIL DI BELANDA

pose wajib peserta yang dinyatakan lulus ujian 😀

Hari ini aku dinyatakan lulus ujian praktik mengemudi mobil oleh seorang penguji atau examinator dari CBR. Puji Tuhan, aku lega sekali. Bahagia dan bangga rasanya atas kerja kerasku selama 1.5 tahun terakhir (senyatanya aku latihan mengemudikan mobil sebanyak 52 kali atau hampir satu tahun, enam bulan lebih sisanya itu ga ada latihan karena lockdown atau libur). Sejak bulan Febuari 2020 lalu, satu atau dua kali dalam seminggu aku harus latihan mengemudi mobil dengan seorang instruktur yang perfeksionis, penyabar, ga pernah marah tapi selalu protes kalau aku bikin kesalahan saat mengemudikan mobil. Instrukturku maunya aku bisa mengemudikan mobil dengan sempurna dan sesuai standar mengemudi di Belanda yang super tinggi (demi keamanan dan menekan angka kecelakaan lalu lintas) makanya beliau baru ngasih aku restu untuk ikut ujian setelah lebih dari setengah tahun latihan tapi karena Belanda bolak balik lockdown walhasil latihan mengemudinya pun harus tertunda berkali-kali selama berbulan-bulan, makanya setiap kali mulai mengemudi lagi setelah lama tertunda aku jadi kagok dan waktu tunggu untuk ujiannya sendiri pun lumayan lama. Setelah tussentijdse toets (TTT) mobil untuk latihanku sempat diganti pula dari compact hatback ke SUV yang lumayan gede jadilah aku butuh waktu extra untuk penyesuaian dengan size mobil yang berbeda.

Sebenarnya aku sudah bisa mengemudikan mobil sejak umur belasan tahun dan selama di Indonesia aku ga pernah punya SIM kendaraan roda empat, yang aku punya justru SIM kendaraan roda dua. Untungnya aku ga pernah kena tilang juga sih karena aku selalu terlihat pede saat mengemudikan mobil walaupun ga punya surat-surat yang lengkap. Ini perbuatan yang ga baik dan melanggar aturan, jangan ditiru ya. Selama bertahun-tahun aku mengemudikan mobil dan motor di Indonesia kayaknya aku ga pernah melihat rambu-rambu lalu lintas sebanyak dan sedetail disini. Makanya pas awal-awal latihan mengemudi disini tuh aku kagok banget, keder, mana disini tuh setirnya di kiri dan ruas jalan yang digunakan adalah sebelah kanan, berbanding terbaik dengan situasi di Indonesia yang setirnya di sebelah kanan dan menggunakan ruas jalan sebelah kiri. Belum lagi perbedaan cara “ngambil jalan”, di Indonesia kan kebiasaanya tuh kasih lampu sen dari jauh, lirik kanan kiri dikit dan langsung ambil jalan (belok, stop, putar balik, dsb), disini beda lagi aturannya, sebelum ambil jalan kita tuh mesti melihat ke spion tengah, spion luar dan arah belakang jadi kepala kita tuh mesti bener-bener mutar 90°-135° untuk melihat ke belakang punggung kita guna mengecek dode hoek atau blind spot, kalau aman baru kasih lampu sen dan ambil jalan. Waktu proefles (trial lesson dengan seorang instruktur untuk mengukur sejauh mana skill seorang yang baru pertama kali mengemudi di Belanda) pun baru aku sadari kalau aku tuh mengemudikan mobilnya bar-bar banget dan hampir nabrak afvalbak/tong sampah dipinggir jalan. Wkwk.

Di Belanda kayaknya hampir mustahil untuk menyetir mobil tanpa SIM atau rijbewijs karena aturan disini lebih ketat dan kalau kedapatan melanggar, bisa kena denda uang yang jumlahnya luar biasa. Makanya setiap orang yang berumur 16.5 tahun atau lebih dan ingin punya SIM wajib ikut kursus mengemudi di lembaga kursus yang sah serta wajib lulus ujian teori dan ujian praktik mengemudi. FYI, kedua ujian ini tuh salah dua ujian yang paling susah di Belanda dan passing grade tinggi jadi hal yang lumrah kalau ada orang yang sampai harus ujian berkali-kali baru lulus. Aku sendiri butuh tiga kali ujian teori sampai akhirnya dinyatakan lulus (ceritanya sudah pernah aku tulisakan di post yang ini) dan Puji Tuhan, hanya sekali ujian praktik aku langsung lulus. Karena aku dapat vrijstelling di tussentijdse toets (TTT) atau percobaan ujian praktik atau semacam tryout jadi di ujian hari ini aku ga lagi ditanyai tentang mobil (mesin, verlichting, dll) dan ga lagi diminta untuk melakukan speciaal/bijzondere manoeuvres (parkir, putar balik, maju/mundur, stop ditanjakan, dll). Examinatornya juga santai sih tadi makanya aku jadi lebih rileks mengemudikan mobilnya walaupun diawal sempat sedikit nervous mana aku ujian jam 8 pagi jadi pas jalanan lagi ramai-ramainya. Puji Tuhan semuanya tadi berjalan lancar, ujiannya hanya memakan waktu sekitar 30-35 menit dan sebenarnya aku sudah yakin kalau aku akan lulus ujian hari ini karena aku bisa mengemudikan mobil dengan baik dan aku ga melakukan kesalahan apapun saat berkendara. Tapi waktu kami kembali lagi ke parkiran CBR, tiba-tiba aku nervous lagi karena aku melihat suamiku sudah nunggu di parkiran dan sedang mengobrol dengan instrukturku, kalau aku dinyatakan ga lulus di depan suamiku bisa sedih banget rasanya kan. Turun dari mobil, examinatorku bilang, “gefeliciteerd Icha, je bent geslaagd” atau dalam bahasa Indonesianya, “selamat Icha, kamu lulus”. Aku langsung loncat kegirangan dan dipeluk oleh suamiku. Setelah itu dikasih penilaian kalau nyetirku sudah bagus hanya sempat terlihat nervous diawal aja. Habis itu aku ngucapin terima kasih kepada examinator dan instrukturku yang juga senang dan lega salah satu siswanya lulus ujian hari ini.

Oh iya, biaya untuk ikut kursus dan ujian mengemudi mobil disini juga terbilang mahal (banget) makanya kalau ga lulus ujian tuh rasanya maknyes banget karena harus latihan lagi, keluar uang lebih banyak lagi dan makan waktu lagi.

Aku masih menunggu email tentang kelulusanku dari CBR, setelah email ditangan lalu kemudian aku bisa apply SIM baru di gemeente, kemungkinan seminggu atau dua minggu kedepan aku baru akan mendapatkan SIMnya karena antrian pembuatan SIM di gemeente sedang penuh. Sekarang aku bisa fokus ke ujian ONA, ujian inburgering terakhir yang masih harus aku lakukan. Semoga di ujian ini pun hasilnya memuaskan. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *