Going Dutch

Pernah dengar ga istilah “going Dutch” atau pernah dengar ada yang mengatakan bahwa orang Belanda itu pelit? Nah kali ini aku mau bahas tentang istilah going Dutch dan bener ga kalau orang Belanda itu pelit.

Jadi minggu lalu aku dan kenalan – kenalan baruku yang juga orang Indonesia ketemuan di Den Haag, kami pergi makan siang di salah satu restaurant Indonesia disana. Owner restaurantnya datang melayani dan mencatat pesanan kami, waktu itu tujuh orang pesan mie ayam dan satunya lagi pesan ayam bakar plus nasi dan sayur asam. Karena kami waktu itu berdelapan jadi kebayang kan berapa banyak makanan dan minuman yang kami pesan. Setelah puas makan dan ngobrol – ngobrol kami kemudian ganti – gantian membayar makanan kami ke kasir, kenapa bayarnya gantian? Kenapa ga satu orang saja yang membayar ke kasir? Karena kami mempraktekan yang namanya “going Dutch” alias bayar sendiri – sendiri makanan/minuman yang sudah dipesan. Trus apa bedanya dengan cara bayar sendiri – sendiri di Indonesia? Kalau di Indonesia kan setiap kali kita pesan makanan/minuman di restaurant maka orderannya akan jadi satu begitu juga dengan bill-nya, jadi kita bayarnya ya sesuai jumlah total yang tertera di bill, kalau mau bayar masing – masing biasanya kita urunan di meja setiap orang kasih sejumlah uang cash sesuai dengan harga yang harus dibayar lalu setelah semua sudah kasih uang dan uang cukup untuk membayar kemudian satu orang yang mewakili akan membawa bill dan uangnya ke kasir. Atau bisa juga satu orang yang bayarin semuanya dulu nanti tinggal yang lain bayar/ganti uangnya ke orang tersebut. Kadang sistem pembayaran seperti ini bikin jadi masalah, sistem pake duit lo dulu deh ntar gue ganti biasanya bikin ga enakan, iya kalau langsung diganti duitnya, nah kalau gantinya ditunda – tunda ntar sok ntar sok, mau ditagih juga ga enak hati tapi kalau ga diganti bikin hati empet. Makanya dengan sistem pembayaran going Dutch itu tadi menghindari terjadinya hal – hal yang kurang mengenakan, setiap orang hanya membayar sesuai apa yang dipesan dan makan/minum plus pajaknya. Makanya bayarnya ganti – gantian ke kasir. Atau pramusajinya datang ke meja kita dan kita ganti – gantian bayarnya ke pramusaji tersebut sampai semua orang selesai mebayar, bayarnya bisa bayar cash atau pakai kartu. Selesai bayar ya sudah beres semua, ga ada istilah tagih menagih lagi dikemudian hari. pembayaran dengan sistem going Dutch ini memudahkan toh, secara pribadi aku suka dengan going Dutch ini karena aku orangnya gamau repot dan ga suka nraktir orang lain. 😛

Jadi apakah dengan sistem pembayaran going Dutch yang sudah sejak lama dipraktikan orang Belanda ini bisa diartikan kalau orang Belanda itu pelit? Kalau menurutku sih orang Belanda itu bukannya pelit ya tapi lebih ke yang efisien menggunakan uangnya, kalau ga perlu – perlu amat ngapain ngeluarin duit lebih dari seharusnya, lah ya sama aja kan semua orang di dunia ini juga begitu, cuma orang Belanda kadang lebih ketat lagi caranya mengefisiensi keuangan mereka. Beberapa orang Belanda juga pakai sistem going Dutch ke pasangan atau keluarga mereka. Jadi bisa aja pergi ngedate dengan orang Belanda tapi bayarnya sendiri – sendiri. Hal ini sudah lumrah disini. Jadi jangan kaget ya kalau lihat orang pacaran atau suami istri makan sama – sama di restaurant tapi bayarnya sendiri – sendiri. Tapi ga semua orang Belanda begitu sih, kadang mereka juga suka nraktir cuma ya jarang – jarang aja ga setiap kali ketemu mesti nraktir ntar jadi kebiasaan yang ga baik alias tuman. Haha…

4 thoughts on “Going Dutch

  1. Di Irlandia sama. Kalau makan rame-rame bayar sendiri-sendiri. Satu kali aku pernah gak ngeh, suami ngasih kartu atm di bawah meja, suruh bayar. Kupikir kode, semeja gw bayarin semua (pakai atm suami sih ?)

    1. Hahaha astagaaa habis itu suamimu menangis semalam ga, Mbak? 😀 Suamiku juga pernah bayarin makanan teman2ku pas dia ikut makan sama kami, trus kami semua pada kaget doang karena jarang2 orang Belanda mau nraktir 😀

  2. He he, pengalamanku di Belanda malah kebalik. Kalau aku dan lakiku pergi bersama teman-teman Belanda lainnya, misalnya untuk makan siang, dsb. justru biasanya yang satu orang dulu yang bayar, kemudian entar teman-teman lain transfer ke rekening si pembayar. Biasanya juga kita split sama rata bayarnya (jadi kalau yang makan 5 orang, bill akhir ya dibagi sama rata jadi 5). Justru lebih cepat dan gampang, transfer juga langsung lewat banking app jadi gak ada utang-utangan.

    Justru “Going Ducth” itu malah aku lebih kental ngerasain pas di Indonesia, apalagi semasa kuliah, ha ha. Mungkin harusnya istilahnya “Going Anak Kosan” ? Hanya teman-teman tertentu aja yang rela bayar duluan buat satu meja. Menurutku juga bukan masalah pelit atau engga. Ada juga tipe orang lebih perhitungan, atau parnoan duitnya gak bakal kembali ha ha ha.

    1. Iya lebih ke masalah kepercayaan ya ini. Dan tergantung pertemanannya juga kayaknya, kadang kalau dengan teman – teman dekatnya suamiku juga suka bayarin duluan ntar mereka tinggal transfer ke dia di hari yang sama atau besoknya. Cuma kan disana masalahnya sering terjadi kalo kita yang bayarin duluan, yang lain ada aja yang suka lama bayar ke kitanya atau bahkan pura-pura lupa. Malesin kan. Atau ada juga nih yang orderannya 55.000 tapi bayarnya 50.000 dengan alasan ga ada duit lagi. Mau ga mau kan yang lain yang mesti patungan bayarin sisa 5000 nya. Ini nih yang bikin ngebetein. Banget.

      Haha iya bener mestinya ada istilah “Going Anak Kosan” ya karena duitnya kan ngepas. Mesti mikirin duitnya cukup buat sebulan. Makanya ga ada traktir – traktiran. Malah seringnya patungan beli bahan mentah trus masak rame – rame di kosan aja biar modal dikit tapi kenyang dan puaaassss. 😀

Leave a Reply to ichafranke Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *